Senin, 22 Agustus 2011

Tentara Penggemar Sinetron

Apa dalam benak, saat membayangkan sosok seorang tentara? Kuat, tegar, sangar dan terlatih..? Kira-kira seperti begitu. Tentara diidealkan sebagai pemilik ciri tertentu, punya keutamaan dan keterampilan kelahi di atas rata-rata warga biasa.
Dengan dugaan awal bahwa tentara dibentuk sebagai elemen pertahanan yang paling tangguh dan memukul jatuh siapa saja yang berniat macam-macam dengan keutuhan republik.
Berbekal dugaan itu, saya jadi lalu memukul rata bahwa yang namanya tentara itu
pasti tertarik dengan hal-hal yang mengasah ketajaman dan keterampilan bela diri, kekuatan mental dan sejenisnya. Ambil contoh, dalam pandangan saya, seorang tentara pasti menyukai olahraga karate, tertarik menonton pertandingan tinju, menembak dan sejenisnya. Pokoknya sesuatu yang ‘berbau’ lelaki.
Hingga suatu ketika, saya jadi tahu, bahwa seorang tentara juga bisa ‘memerdekakan dirinya’ sebagai manusia biasa, minimal dari pandangan ‘sesat’ saya. Ini bermula saat melihat seorang tentara yang tegap, bertubuh tinggi besar, punya pengalaman operasi militer di daerah konflik, namun gemar (relatif terikat) nonton salah satu sinetron "manja" yang ditayangkan sebuah stasiun televisi swasta.
Saya sulit mencerna, betapa beliau, kok bisa, sampai matanya berkaca-kaca saat ada adegan tokoh utama disakiti dan dikhianati. . . ia menikmati setiap intrik dan cerita berputar-putar tak jelas berpangkal dan berujung dimana dari sinetron. Ia pengagum sinetron, benar-benar total.
Atau barangkali setiap sifat yang dominan dalam pribadi kita, punya wajah lain yang berbeda dan senantiasa bergiat mencari celah agar terlepas dan eksis. Kalau anda perkasa kaku setegar karang, maka besar kemungkinan dalam diri anda tersembunyi kelembutan dan keindahan yang mencari jalan untuk muncul. Demikian pun bila anda halus dan ‘beraroma’ bunga, maka ada serat-serat ‘tegas/padat’ dalam diri yang berusaha terbit bertarung dalam medan represi dan pemunculan. Ditekan melesak dalam bawah sadar, namun terus saja mencari celah untuk lepas. Begitukah??
Akh, itu terlalu hitam putih, kenapa sesederhana itu? Atau boleh jadi, manusia serupa wahana raksasa, dalam limit tak berhingga  gelombang gravitasi keinginan dan kecenderungan terus pengaruh mempengaruhi. Sebuah perjalanan menemukan diri dan pendirian...
Selamat menikmati sinetron. Itu kemerdekaan anda..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar