Tiap malam lebaran, entah mengapa punya sedikit kesamaan dengan suasana kala sebagian suporter sepakbola berpesta rayakan kemenangan tim kesayangan. Kesamaan itu setidaknya terlihat pada arak-arakan sepeda motor yang dengan tegas melawan hukum, tepat di hadapan pak polisi.
Setiap malam lebaran, engkau boleh mengendarai motormu dengan knalpot bersuara keras dan juga jika berminat, tak perlu mengenakan helm pengaman. Hendak berboncengan tiga, silahkan, sepertinya aman-aman saja. Pak Polisi tidak terlihat mengejar dan apalagi menilang mereka yang melanggar. Malam lebaran, polisi kita lumayan "kooperatif".
Sangat berbeda dengan hari-hari biasa, pelanggaran sekecil apapun niscaya dapat ditemukan oleh polisi. Tadi saya ke pusat kota, anak-anak muda bersukaria sambut lebaran dengan berkendara motor, keliling kota dengan hanya mengenakan peci atau songkok saja, teriak sekerasnya, ekspresif sekali. Tiada helm pengaman atau helm standar malam ini. Padahal berkendara tanpa helm pengaman disamping melanggar aturan lalu lintas juga akan memperbesar peluang terjadinya cidera kepala bila sampai terjatuh atau terbentur.
Sangat berbeda dengan hari-hari biasa, pelanggaran sekecil apapun niscaya dapat ditemukan oleh polisi. Tadi saya ke pusat kota, anak-anak muda bersukaria sambut lebaran dengan berkendara motor, keliling kota dengan hanya mengenakan peci atau songkok saja, teriak sekerasnya, ekspresif sekali. Tiada helm pengaman atau helm standar malam ini. Padahal berkendara tanpa helm pengaman disamping melanggar aturan lalu lintas juga akan memperbesar peluang terjadinya cidera kepala bila sampai terjatuh atau terbentur.
Apakah ketentuan hukum hanya berlaku parsial, pada tempat dan waktu tertentu saja? Ketika malam lebaran tiba (ada pengecualian?), seolah ada kesepakatan tak tertulis bahwa malam ini ada diskon, ada potongan aturan, ketentuan “lama” disimpan dulu dalam peti, sekarang kita pakai saja ketentuan “baru” bahwa bagi anak muda yang hendak berpawai, silahkan susuri jalan-jalan kota ini tanpa perlu pakai helm, klakson motor atau mobilmu boleh engkau nyalakan terus-menerus, hingga memekakan telinga.
Malam lebaran bukan seperti malam-malam yang lain? malam ketika aturan lalu-lintas yang ketat dan tak kenal kompromi itu terabaikan, sejenak dilupakan. Sementara waktu, biarkan ia menjelma sebagai butiran kalimat kosong di atas kertas belaka tanpa semangat dan daya paksa. Begitukah…?
Polisi, mengapa bapak diam, tenang-tenang saja, apakah karena diam adalah emas atau sesungguhnya bapak ingin mengajarkan secara tidak langsung pada kami, anak muda negeri ini, bahwa malam lebaran adalah malam tanpa kewajiban untuk taat dan patuh dalam berlalu-lintas?
Pak Polisi, tegaslah, buktikan bahwa polisi kita kini, adalah polisi hasil reformasi yang menjunjung tinggi aturan hukum dan berketetapan hati memastikan bahwa tiada satupun pelanggaran berlangsung tanpa pemberian sanksi dan hukuman.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H, Mohon Maaf Lahir dan Bathin.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H, Mohon Maaf Lahir dan Bathin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar