Rabu, 24 Agustus 2011

Jalan Raya di Makassar kian Lengang

Mendekati lebaran, jalan-jalan di kota Makassar perlahan mengalami penurunan kepadatan, dalam takaran kasar kira-kira hingga empat hari sebelum hari raya, sekitar 10 sampai 20 persen kendaraan berkurang. Nilai itu akan terus bertambah seiring lebaran yang kian mendekat.

Bagi Makassar dengan jalan alternatif tak begitu banyak; coba lihat jalur Makassar Mall – Daya/ Sudiang, hanya tersedia dua jalur utama, satu lewat jalan tol dan satunya lagi melui poros perintis kemerdekaan, Urip dan seterusnya, maka lengangnya jalan jadi kenikmatan tersendiri.

Jalan yang padat, konsekuensi pasti dari kemajuan kota, indicator tak resmi kalau sebuah kota  mengalami pertambahan kendaraan yang tidak diimbangi dengan pertambahan panjang jalan, sebuah pencapaian yang mencatatkan kekurangan di dalam dirinya sendiri, sukses yang bisa pula dibaca sebagai gagal. Tapi untuk sekarang, berkendara di Makassar terasa lega, ya minimal untuk beberapa hari terakhir ini. Lega rasanya, tak berdesakan sebagaimana hari kemarin. Tunggu saja nanti sehari sebelum lebaran atau saat lebaran, jalan akan kian sepi, berbahagialah pengguna jalan. Mestinya “jalan sepi” begini bisa dibuat sebanyak-banyaknya. PR buat pemerintah kota. Hehe…

Pesan berikut dari jalan yang sepi ialah, ternyata sebagian dari penghuni Makassar adalah kaum pendatang; baik pendatang dari propinsi Sulawesi Selatan sendiri atau yang jauh berasal dari daerah di luar Sulsel atau luar Sulawesi.
Makassar ini magnet bagi daerah sekitar, biaya hidup relatif terjangkau dan lebih murah dibanding daerah lain di timur Indonesia, janganlah mengambil Papua sebagai sampel, terlalu jauh, tengoklah yang dekat-dekat, seperti Kota Baubau di Sulawesi Tenggara misalnya, Makassar lebih murah, apalagi untuk komoditi hasil pertanian, sayuran dan buah-buahan, Makassar menikmati berkah dari geliat pertanian di daerah sekitar yang menyangga seperti Gowa, Takalar dan sebagainya.

Seorang kepala daerah di timur mengumpamakan Makassar sebagai lokomotifnya daerah timur Indonesia, sehingga bagi daerah yang ingin maju dan mengalami percepatan pembangunan, sediakanlah diri menjadi gerbong di belakang Makassar.Bahwa sebagai lokomotif, Makassar akan menarik gerbong-gerbong dibelakangnya, (menarik ya perumpamaannya…)

Adapula yang mengibaratkan Makassar sebagai ruang besar, tempat berhimpunnya bermacam suku dan orang dari hampir seluruh daerah di Indonesia. Hampir setiap suku atau pulau di Indonesia punya ‘perwakilan’ dengan keberadaan warganya di kota ini, Makassar adalah Indonesia dalam wujud yang lebih segar. Sehingga di sini katanya, tak lagi ada ‘pendatang’, semua telah menjadi warga Makassar.

Makassar adalah kota tua yang semakin muda, semakin cantik berbenah. Semoga dengan kemajuan kota, akan memberi ruang bagi seluruh warganya untuk mengecap rasa nyaman baik di rumah maupun jalan raya saat berkendara atau dimana saja mereka berada. Menyambut lebaran, warga yang tak mudik, akan menikmati jalan raya yang lengang, sebuah kesempatan yang hanya datang sekali setahun...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar