Bahasa apa harus dikendarai untuk mewakili rasa lelaki yang terjerat cinta, bernapas dalam cinta? Ceritera dari mulut ke mulut oleh beragam budaya mendaulat wanita ke tempat lebih, begitu penuh hati ketika mencinta, seolah seluruh kemampuan sayang dan cinta adalah wilayah bagi wanita saja untuk bertahta.
Lelaki dipaksa, diculik oleh klaim budaya, bahwa mereka kekurangan tenaga, kehilangan ruang untuk mencinta. Coba tengok betapa banyak syair lagu dan karya sastra yang mendiskreditkan lelaki, sebagai makhluk keras serupa batu yang terpenjara oleh tarikan nafsu sesaat. Lelaki dibunuh, berkali-kali dibunuh.
Tak tahukah, bahwa lelaki ialah makhluk pecinta, amat mencinta dalam tikaman kesungguhan. Ia lelaki, makhluk rasa, lembut, halus seperti awan yang melayang.
Apa bukti lelaki sungguh mencinta?
Kisah seorang sahabat yang tetap bertahan dalam pernikahan puluhan tahun tanpa dikaruniai anak, setelah menjalani serangkaian tes dan pemeriksaan, sampailah vonis bahwa isterinya bermasalah, bukan dia, lelaki itu sehat walafiat. Seluruh keluarga besarnya telah “memerintahkan” agar menikah lagi. Seketika ia menjelma batu karang, teguh, tak bergerak sedikitpun dari pendirian untuk bersetia pada sang isteri. Ia menjadi bukti.
Atau pada kisah lain, sanggupkah engkau menikahi wanita yang jauh sebelum menikah, rahimnya telah diangkat oleh sebuah sebab. Perempuan itu tak mungkin pernah bisa mengandung dan melahirkan anak. Sampai kapanpun. Dengan akal sehat, kiranya tiada mungkin ada lelaki yang berbesar hati tertarik melamarnya. Namun itu tidak mempan bagi seorang saudara di kampung, ia lelaki yang dipenuhi cinta, ia sepenuh hati melamar dan memperistri perempuan tadi… mereka hidup bahagia.
Akal sehat perempuan takkan sanggup menerjemahkan seberapa luas rasa cinta lelaki. Lelaki serupa wahana paling romantis bagi energi cinta untuk tumbuh dan merupa.
Berbahagialah kaum lelaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar