Memaafkan namun tidak melupakan. Jujur, mohon bantuan sahabat, barangkali mengetahui siapa pencetus pertama kalimat itu? Pernyataan sederhana, mungkin pernah didengar namun sulit menisbatkan siapa “penemu” pertama.
Kalau sudah bingung mencari, ya biasanya kita sebut saja penciptanya anonim. Bukalah ragam cerita rakyat Nusantara, bertebaran di setiap daerah, tak sedikit hasil karya itu tak ber’pengarang’, mereka individu yang tak ingin dikenal, atau tak bisa dikenal? Eksistensi mereka tak penting. Asal pesan dari cerita sampai, ya sudah cukup. Kira-kira begitu.
Oh, iya, ada satu tokoh yang kembali mengulang atau mungkin pertama kali sebagai pengucap kalimat? Dialah Gus Dur, kala menjawab pertanyaan Andy F. Noya, apakah Gus telah memaafkan mereka yang melengserkan Gus dari kursi presiden? Gus Dur, tokoh bangsa, kurang lebih menjawab sebegitu. Tentu setelah itu, beliau lanjutkan dengan rangkaian kalimat penjelas.
Di tengah arus penentangan pada plagiasi, sebaiknya, kita curigalah dahulu pada tulisan sendiri, pada ide dalam karya kita. Jangan-jangan tulisan saya dan anda beraroma ‘nyontek’ ? Tak mudah untuk mengklaim bahwa inilah ide orisinalku, atau itu ide orisinalmu, lha patokan sesuatu itu orisinal apa?
Pun sesungguhnya teori-teori besar dalam sejarah manusia, layak diragukan sebagai asli ciptaan sang penemu. Misal, teori gravitasi punya si Newton dari Inggeris sana? Apakah memang benar, dialah orang pertama yang memikirkan bahwa benda bisa jatuh ke bumi karena ada gaya tarik bumi? Apakah “sebodoh” itu manusia sebelum Newton, padahal jumlah mereka banyak, dari generasi ke generasi, tapi tak tahu atau tidak curiga bahwa gaya tarik bumi, penyebab benda, kalau dilempar ke atas akan jatuh ke bawah? Coba tarik mundur betapa banyak jumlah manusia di masa silam, masa sih tak satupun dari kumpulan pemikir, dari setiap peradaban berpikiran persis sama dengan Newton. Atau jangan-jangan memang Newton yang meniru ide pemikir sebelum dia ?
Kelemahan mendasar, adalah kita, manusia diliputi keterbatasan. Waktu dan tempat. Tak curigakah kita pada lestarinya pesan dari generasi ke generasi, yang mungkin terendam dalam kekuatan substansi genetik manusia?
Oke, mari kita pakai argumentasi lain, mengapa Newton dikenal oleh manusia kini sebagai penemu teori gravitasi, sebab ada publikasi. Di situ kekuatan tulisan sebagai penanda kuat, mungkin di tengah belantara hutan Afrika, dua atau tiga ribu tahun lalu, telah ada manusia yang berpendapat serupa dengan Newton, hanya saja karena keterbatasan teknologi untuk merekam ide, membuat pikiran cerdas tadi membeku, jadi batu.
Hanya manusia merdeka, tak “mau ribut” terlalu jauh apakah karyanya dihargai atau tidak, ya berkarya adalah berkarya, proses indahnya berangkat dari kesadaran bahwa satu huruf yang menetas dari otak kita, ialah sebutir doa, semoga bisa tergabung dalam semesta energi kehidupan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar