Senin, 22 Agustus 2011

Mari Sama-Sama Bertobat

Tak perlu setiap pernyataan dari pejabat A, B atau C ditanggapi, sekalipun mereka memegang jabatan penting. Cuekin saja. Gus Dur bilang gitu aja kok repot. Bolehlah publik menanggapi bila memang penting untuk ditanggapi, tetapi jika hanya sebatas ‘latihan berkata-kata’ atau pamer kefasihan retorika, ya biarkan saja, sekali-sekali beri kesempatan pada pejabat untuk melepas ‘lelah’ dengan bebas berkomentar. Pejabat kita butuh sarana pelepasan.

Kenapa Sule si pelawak, bebas berkomentar apa saja, sementara pejabat tidak boleh berpendapat yang bertentangan dengan pandangan kebanyakan orang. Pejabat juga warga negara biasa, ikhlaskan saja mereka berkata-kata, tokh barangkali itulah batas terjauh yang sanggup dipersembahkan bagi negeri.
Sudah tiba masa bagi kita, bersikap diam atas pernyataan/ wacana apapun yang tidak membawa perubahan berarti. Bila pejabat ini ngomong begini, tak perlu dibantah, dengar saja, sepanjang apa yang diucapkan memang sulit untuk diwujudkan, jadi angggap saja angin sore sedang bertiup. Sebab kian diperhatikan, kian besarlah gema ide mereka dan kian terkuraslah energi positif publik.
Media juga sebaiknya begitu, jangan karena si beken ngomong sedikit yang beda, lalu dikipas-kipas agar membesar, ingat asapnya menyebar kemana-mana. Heran juga melihat layar kaca TV, seperti sudah tidak ada berita lain saja. Apakah ini gejala bahwa media tanah air tengah mengalami kemandulan, kurang kreatif? Mohon jika berkenan, ingatlah bahwa pemirsa cerdas anda bertebaran dari Sabang sampai Merauke, jangan jejali mata telinga mereka dengan berita sampah.
Jangan giring pemirsa sehingga meragukan media itu sendiri. Sebab itu akan menebalkan rasa ingin tahu, mempertanyakan netralitas media (baca TV), sesungguhnya berpihak kepada siapa? Kepentingan rakyat banyak, atau mungkin benar kecurigaan selama ini, bahwa ada agenda tertentu dari para pemegang modal dari industri media. Seandainya saja para pemegang modal dari media tertentu, tak terlibat aktif dalam politik praktis, ya mungkin saja kita nyaman berpikir, bahwa sajian yang dilepas pada publik betul-betul murni, tulus dan bermaksud membela hanya kepentingan publik semata.
Namun berkaca pada realitas, kita patut ragu. Bila seandainya aku adalah sosok bersih tanpa cela, mungkin sah-sah saja ‘menyerang’ kiri kanan, tetapi bila tidak, marilah sama-sama bertobat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar