Senin, 22 Agustus 2011

Pertama Kali ke Makassar? (Mungkin Ini Berguna Bagi Anda)


Lain kota lain pengalaman. Semoga apa yang tejadi pada kawan kita, tak menimpa pembaca yang budiman. Sebut saja ia bernama Amal, baru kali pertama menginjakkan kaki di Makassar, kota jakarta-nya Indonesia timur.
Sejauh-jauh daerah jelajahnya, hanyalah kampung kelahirannya di timur sana, sampai sebesar sekarang dia belum pernah berpindah pulau, tetap di satu tempat, persis seperti pohon, diam tak kemana-mana, mungkin masih lumayan pohon, bisa bergerak vertikal dengan bertambah tinggi sekian inci, sekian meter. Hehe....
Amal memilih jasa kapal pelni, setibanya di pelabuhan Soekarno Hatta Makassar, dia tersentak oleh kegigihan kerja buruh pelabuhan, mereka berlarian masuk menaiki tanggal kapal yang belum lagi merapat sempurna di tubuh kapal. Braaakkk.....greekkkk, bak aliran bah, buruh-buruh ini menyerbu menerabas apa saja yang coba menghadang. Jangan pernah mengetes kemampuan bela diri anda dengan berdiri tepat di pintu masuk kapal, yakinlah siapapun orangnya niscaya terpental, tergencet atau terinjak. Sehingga menjelang naiknya buruh, semua penumpang telah menyingkir, memberi jalan selebar-lebarnya. Biar urusan cepat selesai.
Kala Amal turun, di pelataran terminal penumpang, beragam tawaran jasa menyapa, ada sopir taksi, ada ojek, tukang becak dan sopir angkot. Untuk semua tawaran, ia cukup menggelengkan kepala, seperti orang yang sudah sekian tahun berdiam di kota ini, dia mencoba cuek. Di depan gerbang pelabuhan, saat hendak menyeberang ke sisi sebelah jalan, samar-samar dia menangkap sapaan dari seorang tukang becak,  kemana bos?. Amal berhenti, sambil berpikir, ah sudahlah (sesuai petunjuk dari sepupunya di kampung yang dahulu pernah menempuh pendidikan di kota ini), aku naik becak saja menuju pasar sentral sebelum meneruskan perjalanan dengan mobil angkot. “Pak, saya mau ke sentral, berapa sampai sentral?” tanya Amal. Si Tukang becak memberi jawaban dengan mengangkat kelima jari tangan kanannya, Amal pun langsung naik.
Setiba tempat tujuan, Amal melihat inilah pasar sentral itu, mobil yang lewat sesuailah dengan petunjuk yang diberikan sepupunya. Lalu dia membuka dompet, mengambil selembar uang lima ribuan, dan menyerahkannya.
“Kurang bos, bukan lima ribu tapi lima puluh ribu, sesuai penawaran pertama tadi” kata Tukang becak. Amal terkejut, wah saya dikerjai nih sama bapak ini, setahu saya, ongkos becak rute pelabuhan – pasar sentral hanya sekitar 5 ribu perak, tapi mengapa bapak ini tega menyebut lima puluh ribu, “Pak, tadi kan bapak mengangkat lima jari tangan bapak, itu artinya lima ribu kan?”. Tukang becak tersenyum sedikit, “Bukan bos, tadi itu lima puluh ribu maksud saya”. Amal teringat lagi dengan penjelasan dari sepupunya, kalau menghadapi perlakuan tidak mengenakan begini dari oknum yang ingin mengeruk di air keruh, kamu harus bisa berdiplomasi dan balas menggertak, agar si oknum jadi berpikir bahwa engkau bukan sembarang orang dan tidak bisa ditaklukkan. Amal berkata dengan suara tegas, “Pak, saya sudah lama tinggal di Kota ini, malah saya lahir di sini, bapak tak usah bersikap begitu sama saya, ambil nih pak, lagian selama ini saya hanya membayar lima ribu rupiah setiap kali naik becak dari Pelabuhan menuju pasar sentral atau sebaliknya”.
Dengan berat hati, terpaksa oknum tukang becak tadi mengulurkan tangannya menerima uang dari Amal, dia tak ingin berpanjang berdebat dengan Amal, sebab dari wajah Amal terlihat rasa tidak suka yang amat besar.
                --------------------------------------------------------------------------------------
***sekadar informasi bagi pembaca yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Makassar agar mewaspadai oknum seperti di atas, jadi sangat disarankan bila anda hendak naik becak atau makan di warung-warung di sekitar pelabuhan atau pasar sentral, dianjurkan agar bernegosiasi biaya, menanyakan harganya terlebih dahulu. Pastikan berapa nominal uang yang harus anda bayar, baru anda boleh memakai jasa atau makan di warungnya. Tentu persentasenya mereka yang berlaku jujur sangat besar sekali, para oknum ini hanya sekian persen saja dari total sampel, sedikit sekali., terlalu sedikit, namun sekali lagi berbekal teori peluang, kemungkinan bagi pembaca tetap terbuka untuk bertemu dengan si oknum yang bermental demikian***
Itu saja, secara keseluruhan, Makassar adalah kota nyaman, ramah, biaya hidup murah, suasana kota relatif bersahabat dan menyenangkan. Welcome to Makassar, jakarta-nya Indonesia timur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar