Sabtu, 27 Agustus 2011

Bisnis Ayam Panggang (sebuah kisah sukses)

Penyajian yang alami, itu daya tariknya
“Jika anda membuka gerai makanan di daerah tempat makan, anda harus membantu tetangga anda meningkatkan jumlah pelanggan mereka. Gerai anda tidak akan maju jika gerai di kiri kanan anda tidak maju. Orang suka pergi ke toko-toko yang mempunyai banyak pelanggan. Jika tidak percaya, coba perhatikan tingkah laku pelanggan di kios-kios buah pinggir jalan pada musim buah-buahan. Mobil yang lalu lalang tidak suka berhenti di kios yang tidak ada pelanggannya. Cobalah anda berhenti di kios yang kosong, tidak lama kemudian, pasti ada orang yang ikut berhenti”.
Saya sengaja mengetik ulang paragraf terakhir dari bab 64 hal.271 (memilih lokasi usaha),  dari buku yang berjudul Rahasia Sukses Bisnis Mandiri (69 Fakta yang paling sering Diabaikan Para pebisnis Pemula) diterbitkan oleh Penerbit Hikmah (PT.Mizan Publika) Pebruari 2008, karya seorang wanita pengusaha dan motivator terkemuka asal Malaysia, Ainun Muhammad, adapun judul aslinya adalah Memulakan Bisnes Sendiri (Terbitan PTS Professional Malaysia). Saya mengetik ulang sebagai rasa setuju, setelah sebelumnya makan malam di Lesehan Damai yang terletak di jalan Perintis Kemerdekaan Km.9 Kawasan Tamalanrea Makassar Sulawesi Selatan, Indonesia. Kawasan Tamalanrea adalah area yang mengalami percepatan pertumbuhan mengagumkan di Makassar, bila dihitung arus perputaran uang lumayan padat, ini terbukti  dari berlomba-lomba para pemilik uang membangun tempat usaha baru di sini. Jenis usaha beragam; rumah makan, percetakan, mall, penginapan, tempat kos-kosan, laundry, dealer kendaraan, bengkel dan sebagainya.
Seingat penulis, sepuluh tahun lalu, daerah Tamalanrea tidak sepadat sekarang, di sepanjang kiri dan kanan dari penggalan jalan yang terbentang antara jembatan Tello hingga ke pintu gerbang pemukiman BTP, hanyalah tanah kosong, yang pada musim kemarau, menyisakan rumput kering dan berdebu, kalaupun orang membuka usaha, jumlahnya sangat sedikit. Tapi itu dulu, sekarang tak sepetak tanah direlakan terlantar. Berjejer usahawan membuka usaha baru, misalnya saja jasa foto copy dan penjilidan, terlihat bertumpuk pelanggan berdatangan, seakan tak pernah putus. Maklum kampus-kampus bertebaran di kawasan Tamalanrea; Universitas Hasanuddin, Universitas Islam Makassar, STMIK Dipanegara, STIEM di jalan Bung, STIKES Nani Hasanuddin, Akper dan Akbid, SMU, Politeknik Negeri Ujung Pandang dan sebagainya. Bisa dibayangkan betapa keberadaan para mahasiswa tersebut adalah pasar yang menjanjikan keuntungan.
Salah satu dari usaha yang diminati adalah bisnis makanan. Saya terkenang pendapat bahwa ada tiga jenis usaha berlabel rumah yang akan mudah untuk hidup dan berkembang, peminatnya pasti banyak, yaitu usaha Rumah bersalin, Rumah Makan dan (maaf) rumah bordil/pelacuran [Item terakhir (bordil) tentu bukan referensi bagi kita kali ini].
Rumah makan, prinsip dasarnya adalah menjaga kenyamanan pelanggan, faktor kebersihan jadi patokan selain kekuatan Rasa yang diharapkan menjerat konsumen untuk selalu rindu kembali lagi. Untung yang ditarik tak perlu besar. Dahulu barangkali tiada yang menyangka bila lesehan Damai yang dibangun persis di sebelah kiri Lesehan Pak Dani akan bisa berkembang seperti sekarang, setiap saat tak pernah kosong, selalu saja ada pengunjung yang singgah.
Mengapa pertanyaan itu muncul, awalnya lesehan ayam panggang yang terkenal pertama kali di lokasi tersebut adalah punya Pak Dani, seorang wirausahawan sukses, memulai usahanya dari dasar. Menurut cerita kawan, Pak Dani pertama kali membuka lesehan di kompleks perumahan BTP sekitar 3-4  kilometer dari lokasi yang sekarang. Kemudian berekspansi, ditempatnya yang baru, lesehan milik Pak Dani berkembang pesat (kini telah bertambah besar dengan menempati Ruko baru di sisi kanan lesehan yang lama), citarasa kuliner ayam panggangnya sungguh menggoda lidah, berbeda dari lesehan manapun di Makassar.
Rasa ayam panggang dengan bumbu sambal yang lezat itu, tidak bisa diuraikan dengan kata-kata, sekali anda mencoba, dijamin akan ketagihan untuk mencicipi lagi. Ayam Panggang Pak Dani membuat siapapun, selalu rindu untuk datang dan datang kembali. Tentu sulit bagi saya sebagai penikmat ayam panggang mengklaim bahwa hanya ayam panggang Pak Dani yang terenak, sebab dalam persoalan rasa, sesungguhnya tiada hirarki, tidak mengenal istilah ini rangking satu atau itu rangking sekian, setiap tempat makan yang pelanggannya membludak pasti punya keutamaan. Keistimewaan rasa lesehan ini tak bisa ditemukan di tempat lain, begitupula sebaliknya rumah makan lain juga punya kelebihannya sendiri. Sama-sama hebat.
Disitulah kejelian pemilik Lesehan Damai, mampu membaca pasar, membangun lesehan baru tepat disamping Lesehan Pak Dani. Mungkin sebagian orang akan berpikir betapa sulitnya bersaing menghadapi dominasi lesehan pesaing yang lebih dulu telah terkenal. Tapi begitulah fakta bisnis berbicara bahwa, sebagai manusia, pelanggan suatu ketika boleh saja tergoda untuk mengecap hal baru, mungkin sesekali beralih makan di tempat lain yang berdekatan dengan tempat lama.
Kini itu berlaku, tak sedikit mereka yang ingin makan ayam panggang, akan memilih satu diantara dua lesehan; Pak Dani atau Damai, dan barangkali setelah dicoba, lesehan Damai ternyata juga punya keunggulan dibanding tetangganya, diantaranya; harga relatif lebih murah, porsi makanan ala mahasiswa (mengenyangkan), rasanya enak, pelayanannya cepat dan nyaman, menu makanan bervariasi, tepat di pintu masuk ada pengamen menyanyi, suaranya merdu, tak kalah dengan penyanyi kawakan di televisi.
Untuk itu, keberadaan Lesehan Damai kian menguatkan dan menjadi bukti nyata atas pikiran Ainun Muhamad seperti yang tertera dalam paragraf pembuka di bagian atas dari tulisan ini.

1 komentar:

  1. Lesehan Pak Dani memang lebih dulu berdiri di BTP dan lebih terkenal, tp untuk daerah tamalanrea dekat STMIK, lesehan damai lebih dulu berdiri dibanding lesehan pak dani. Keduanya buka di tamalanrea di tahun yang sama namun berbeda hitungan bulan.

    BalasHapus