pekat udara berlari jenuh di celah telinga
tiup-tiupkan desah
tentang mawar yang didih, ruapkan wangi
malam ini, kusambangi engkau di bilik kecil,
dinding kumal, terkelupas
engkau daulat sebagai surgamu
kasur busa memberat daki, sisa kulit, dan ludah
bantal, selembar sarung yang payah,
menjadi prasasti alam
khutbah tak butuh minyak kesturi
hanya sebungkus mie instan, doa penahan lapar
yang memahat syukur di cekung mata,
asap rokok berputar genit di udara
serupa dupa
engkau saksi,
betapa miskin dan derita
makna paling sejati dari bahagia
berkendara zikir,
engkau terpelanting dalam semesta takjub
Tidak ada komentar:
Posting Komentar