baru saja penyair tua melempar kata, seumpama serbuk styrofoam memutih, ringan, tak berpijak,
seperti engkau yang menyelipkan sehelai bulu angsa di arus derasnya sungai
bercumbu kilau matahari yang berkilat,
sungai dan penyair tua, persis seperti kelapa muda dengan air nan gurih
anak-anak muda, mahasiswa itu,
menjolok kesal penumpang angkot yang pengap,
dimanakah ketulusan itu bermula:
pita suara demonstran yang mabuk karena orasi, asap ban racun paru-paru
atau,
ibu dengan setumpuk kantung kresek, berisi sayur, ikan dan buah impor busuk yang dijual murah
atau,
polisi yang letih mengalihkan arus kendaraan yang membara
atau,
pada anggota dewan yang tak jenuh berkaca pada suara dalam diri
penyair tua baru saja melempar kata,
menjaring harapan-harapan semu,
bahwa hari ini engkau demonstran, mahasiswa yang marah,
entah sang waktu menahan perih
betapa besok uang dan kerakusan membungkam engkau dalam sepi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar