Kamis, 02 April 2015

pada tuangila

berapa kilometer sudah meluncur dari speedometer,
ban meroda di pipi aspal,
pada sepohon ingatan
hati kita tersegar kabut
meruap antara bukit asri, wakuli, tumada hingga todanga
berapa kilometer sudah
kita melupakan waktu, menanam detik pada bau hutan selepas hujan
jalan menanjak pada kehangatan tuangila
memahat sebentuk pengertian
tanah ini, bukit ini, telah tua oleh kerinduan, oleh kasih yang mengalir
setegak batang wola, jati, dan segala suara burung dari pekatnya lambusango
serupa suara daun bakau di bibir teluk kapontori
sepanjang sore di dermaga kapontori
seusai pagi dan siang,
angin dan ketulusan terus menjalar
pada sewajah musik, senyum dan seikat kenangan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar