Selasa, 07 Februari 2012

Reuni


Minggu lalu saya menghadiri reuni fakultas adik sepupu di sebuah ruang pertemuan mewah dan terkenal di Makassar. Sebelumnya saya belum pernah menghadiri acara reuni, jadi dalam bayangan saya reuni itu adalah acara santai tapi punya tujuan jangka panjang.
Sesampai di tempat kegiatan, e telah hadir para senior yang telah berkiprah di macam-macam tempat dan junior yang berpakaian putih hitam, undangan memenuhi barisan depan.
Penataan panggung seperti resepsi pernikahan. Ada peralatan musik. Sebelum sesi musik dan tari-tarian, hadirin bersua dengan rangkaian pidato seremonial, berturutan mulai dari ketua panitia, ketua ikatan alumni dan birokrat kampus. Sesi pidato menghabiskan waktu lebih lama ketimbang acara yang lain.
Saya seakan menghadiri acara penerimaan mahasiswa baru, apalagi ketika ketua ikatan alumni berbicara tentang peranan profesi mereka di era sekarang, sebuah topik yang menurut hemat saya, tentu telah dimengerti dengan paham oleh hadirin (yang kebanyakan adalah praktisi).
Jangan bosan dulu, masih ada giliran petinggi kampus; tapi setali tiga uang, mereka malah membahas prestasi tim olahraga kampus dan pengalamannya mendampingi mereka di sebuah even olahraga.
Betapa tidak menarik. Pidato-pidato itu terlanjur mengular jauh entah kemana? Barangkali akan lebih menarik bila berbicara apa adanya saja, tentang ikatan alumni yang belum berguna maksimal (sebagai lumbung informasi bagi semua, senior terlebih junior yang butuh pendampingan dan advokasi?).
Bila reuni hanya diniatkan sebagai ajang ngumpul-ngumpul, cipika cipiki, say hello dan lalu kembali ke rumah/ aktifitas biasa, maka reuni semacam ini mengalami pengerdilan makna.
Atau, mungkin saya sendiri yang keliru berat, berhubung belum satu kalipun menghadiri reuni….?? Hehehe….

Kamis, 02 Februari 2012

Obat

Pulang kampung, saya terhenyak betapa masyarakat sudah "tak butuh" dokter atau apoteker lagi, apa pasal? Saat ke apotek untuk sebuah keperluan mencari penurun panas, saya terdiam kala orang-oranmg seperti berlomba memesan obat aneka macam dalam jumlah banyak, (informasi yang kudapat, obat itu hendak dijual di pulau-pulau sekitar. Mereka fasih sekali menyebut nama antibiotik X, Y, Z dan sebagainya. Banyak sekali, belum ditambah dengan obat-obat lain yang sepatutnya wajib dibatasi penjualannya....
Dokter tak dibutuhkan lagi?? Masyarakat telah bisa menentukan obat apa yang pas bagi diri mereka? Apa kabar apoteker, mohon jalankan fungsi anda.
Betapa ada bahaya mengintai dari penggunaan obat-obatan yang tidak rasional dan seenaknya saja..?? Tolong perketat dan awasi apotek-apotek kita.....

Badut

Di layar kaca, temukan tokoh politik (barangkali lebih tepat disebut sebagai badut politik..), pernyataan-pernyataannya terlalu dipoles. Obral bicara etika, aturan, kebaikan rakyat, kehendak masyarakat, cita-cita luhur dan seterusnya.
Ah, dia bukan tokoh tapi badut saja.
Tokoh ialah perkataan dan perbuatan sejalan. Selain itu, ya hanya badut saja, badut yang tak lucu.

Komplain

Tadi dengar dari radio swasta (lupa namanya...), pembicara yang membedah tema pemasaran, berkata : "Setiap Komplain dari Konsumen/ Pelanggan merupakan hadiah bagi Pemilik Usaha (produsen/ pengusaha)".
Saya tidak sempat merekam siapa pembicara itu.

Dosis

Saya teringat kawan lama, pernah berujar : "Memuji itu seperti Obat, ada takarannya, kalau kelebihan dosis bisa merusak". Hemmm.....,